TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA

Minggu, 01 November 2015

Komponen dan CBIS : Elemen Sistem dan Sistem Informasi Berbasis Komputer

By FATH INDONESIA | At 11/01/2015 04:32:00 AM | Label : | 2 Comments

Komponen (Elemen Sistem)


Yo What's Up..

Pada postingan kali ini psycholozy akan membahas tentang Komponen (Elemen Sistem)

Gambar 1. Komponen (Elemen Sistem)

Karakteristik Sistem / Elemen Sistem :
  1. Memiliki Komponen
    Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
    Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya.
  2. Batas Sistem (Boundary)
    Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
  3. Lingkungan (Environment)Apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
  4. Penghubung Sistem (Interface)
    Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.
  5. Masukan Sistem (Input)
    Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input).
    * Maintenance input : energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi.
    Signal input : energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.
    Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
  6. Keluaran Sistem (Output)
    Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem.
  7. Pengolah Sistem (Process)
    Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan.
  8. Sasaran atau Tujuan Sistem
    Apabila sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.


Referensi:
Haryadi, H. (2009). Administrasi perkantoran untuk manajer & staf. Jakarta: Transmedia Pustaka.
Fatta, H. A. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: Andi Offset.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Sistem Informasi Berbasis Komputer
Computer Based Information System
(CBIS)


A. Definisi CBIS
Menurut Wahyono (2003) Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS yang akan dibahas pada bagian ini antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi dan “basis komputer” sebagai kata kuncinya.

Menurut Laudon & Laudon (2008) Sistem Informasi Berbasis Komputer atau Computer Based Information System (CBIS) merupakan sistem informasi untuk pemrosesan dan penyebaran informasi yang mengandalkan piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software) pada komputer.

Menurut Fatta (2007) istilah Computer Based Informastion Sistem (CBIS) mengacu pada sistem informasi yang dikembangkan berbasis teknologi komputer.

" CBIS = Hardware + Software + People + Procedures + Information "


B. Evolusi CBIS

1. Sistem Informasi Akutansi (SIA)
Sistem informasi akutansi melaksanakan akuntansi perusahaan, aplikasi ini ditandai dengan penngolahan data yang tinggi.

a. Pengolahan Data
Manipulasi atau transformasi simbol-simbol seperti angka dan abjad untuk tujuan meningkatkan kegunaannya.

b. Tujuan Pengolahan Data
Mengumpulkan data yang menjelaskan kegiatan perusahaan, mengubah data tersebut menjadi informasi serta menyediakan informasi bagi pemakai didalam maupun di luar perusahaan.

c. SIA melaksanakan empat tugas dasar :
1) Pengumpulan data
2) Manipulasi data, pengklasifikasian, penyortiran, perhitungan, pengikhtisaran, penyiapan dokumen.
3) Penyimpanan data
4) Penyiapan data

d. Karakteristik SIA
Lima karakteristik pengolahan data yang membedakan SIA dengan subsistem CBIS yang lain :
1) Melaksanakan tugas yang diperlukan
2) Berpegang pada prosedur yang relatif standar
3) Menangani data yang rinci
4) Terutama berfokus historis
5) Menyediakan informasi pemecahan masalah yang minimal.

e. Contoh Sistem Informasi Akuntansi
Sistem terdistribusi yang digunakan perusahaan distribusi yaitu perusahaan yang mendistribusikan produk dan jasanya ke pelanggan (misal : perusahaan yang berorientasi produk seperti; manufaktur, pedagang besar, pengecer dll).


2. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

a. Definisi
1) Menurut Raymond Mc Leod (dalam Iswara, ____) sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi pemakai dengan kebutuhan yang serupa.
2) Menurut Gordon B. Davis (dalam Iswara, ____) integrasi manusia/mesin guna menyediakan informasi untuk mendukung fungsi operasional manajemen & pengambilan keputusan pada suatu organisasi.

b. Elemen-elemen SIM
1) Hardware
2) Software
3) Procedure
4) Database
5) Model

c. Tujuan SIM
Memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam sub unit organisasional perusahaan (subunit dapat disasarkan pada area fungsional atau tingkatan manajemen).


3. Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

a. Definisi
Sistem komputer yang interaktif yang membantu pembuat keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur.

b. Tujuan
1) Memberikan dukungan untuk pembuatan keputusan pada masalah yang semi/tidak terstruktur.
2) Memberikan dukungan pembuatan keputusan kepada manajer pada semua tingkat untuk membantu integrasi antar tingkat.
3) Meningkatkan efektifitas manajer dalam pembuatan keputusan & bukan peningkatan efisiennya.

c. Karakteristik SPK
1) Adaptability
2) Flexibility
3) User Friendly
4) Support Intelligence
5) Design
6) Choice
7) Effectiveness

d. Tiga tingkatan teknologi SPK
1) Specific DSS
Merupakan hardware/software yang memungkinkan seseorang/sekelompok orang pengambil keputusan melakukan analitik terhadap suatu masalah tertentu.
2) DSS Generator
Suatu paket hardware/software yang mampu secara cepat dan mudah membuat spesifik DSS.
3) DSS Tools
Suatu hardware/software yang membantu pembuatan spesifik DSS dan generator DSS.

e. Manfaat SPK
1) meningkatkan jumlah alternative yang dipilih
2) pemahaman yang lebih baik tentang bisnis
3) respon yang cepat terhadap situasi yang tidak diharapkan
4) Kontrol yang lebih baik.


4. Otomatisasi Kantor / Office Automation (OA)

a. Definisi
Semua sistem elektronik formal dan informal terutama yang berkaitan dengan komunikasi informasi ke dan dari orang-orang di dalam maupun di luar perusahaan.

b. Fungsi OA
Untuk memudahkan segala jenis komunikasi baik lisan maupun tulisan dan menyediakan informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan.

c. Tujuan OA
1) Penghindaran biaya
2) Pemecahan masalah kelompok
3) Sebagai pelengkap

d. Aplikasi OA
1) Word Processing
2) Email
3) Voice Mail
4) Electronic Calendering
5) Audio Conferencing
6) Video Conferencing
7) Computer Conferencing
8) Facsimile Transmission
9) Video Text
10) Imaging
11) Desktop Publishing


5. Sistem Pakar

a, Definisi
Program komputer yang berfungsi seperti manusia, yaitu memberi konsultasi kepada pemakai mengenai cara pemecahan masalah.

b. Komponen Sistem Pakar
1) User Interface
Memungkinkan pemakai untuk dapat berinteraksi dengan sistem pakar
2) Knowledge Base
Menyimpan pengetahuan gabungan yang digunakan untuk memecahkan masalah tertentu.
3) Inference Engine
Memberikan kemampuan penalaran yang menginterpretasikan isi dari knowledge base
4) Development Engine
Digunakan oleh ahli dan analisis system untuk menciptakan sistem pakar.

c. Output Sistem Pakar
1) Penjelasan pertanyaan
2) Penjelasan pemecahan masalah



Referensi:
Laudon, K. C. & Laudon, J. P. (2008). Sistem informasi manajemen, edisi 10 buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Fatta, H. A. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: Andi Offset.
Wahyono, T. (2003). Computer Based Information System (CBIS). http://fe.unpas.ac.id/fe_app/uploaduser/artikel/teguh-cbis01.pdf diakses tanggal 1 November 2015.
Iswara, H. (____). Evolusi dan aplikasi SI berbasis komputer. http://harya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27108/evolusi+%26+aplikasi+SI+berbasis+komputer.pdf diakses tanggal 1 November 2015.

Kamis, 01 Oktober 2015

Sistem Informasi Psikologi (SIP)

By FATH INDONESIA | At 10/01/2015 09:39:00 PM | Label : | 0 Comments

Sistem Informasi Psikologi

(SIP)


Yahallo sahabat psycholozy ^o^

Di minggu pertama perkuliahan Semester 7 ini, saya mendapatkan Tugas 1 untuk Softskill, dalam mata kuliah Sistem Informasi Teknologi, kali ini dosen Softskill-nya bu Fettiana Gianadevi S.Kom., MMSI.

Adapun indikator-indikator yang akan dibahas dalam postingan kali ini, mengacu apa yang bu Devi katakan dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Sistem Informasi Psikologi dengan kode mata kuliah AK-051211

Indikator:

  1. Penjelasan Sistem Informasi Psikologi (SIP) disertai 3 pendapat tokoh
  2. Kesimpulan

Check It Out!!!

1. Penjelasan Sistem, Informasi, dan Psikologi

Sebelum mengetahui lebih detail apa itu SIP, akan jauh lebih baik apabila mempartisi 3 variabel pada SIP yaitu Sistem, Informasi, dan Psikologi.

1.1 Sistem



1.1.1. Definisi Sistem
  • Sistem menurut kamus Webster's Unabridged (dalam Amsyah, 2005) adalah suatu elemen-elemen yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan atau organisasi, seperti halnya sistem tubuh pada manusia dengan subsistem-subsistem seperti peredaran darah, syaraf, otak, pencernaan dan sebagainya.
  • Sistem menurut Indrajit (dalam Hutahaean, 2014) mengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
  • Sistem menurut Jogianto (dalam Hutahaean, 2014) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
  • Sistem menurut Murdick, R. G. (dalam Hutahaean, 2014) bahwa sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur/bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan tertentu
  • Sistem menurut Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo (dalam Hutahaean, 2014) suatu sistem adalah sekumpulan objek yang mencangkup hubungan fungsional antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek, dan yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan fungsional.

1.1.2. Karakteristik Sistem
Sistem dapat dikatakan sistem yang baik apabila memiliki karakteristik (dalam Hutahaean, 2014), yaitu:
  • Komponen. Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen-komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen sistem terdiri dari komponen yang berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem.
  • Batasan sistem (boundary). Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lain atau dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batasan suatu sistem menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.
  • Lingkungan luar sistem (environment). Lingkungan luar sistem adalah diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan dapat bersifat menguntungkan yang harus tetap dijaga dan yang merugikan harus dikendalikan, kalau tidak akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.
  • Penghubung sistem (interface). Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari subsistem ke subsistem lain. Keluaran (ouput) dari susbsistem akan menjadi masukkan (input) untuk susbsistem lain melalui penghubung
  • Masukan sistem (input). Masukkan (input) adalah energi yang dimasukkan kedalam sistem, yang dapat berupa perawatan (maintenance input) dan masukkan sinyal (signal input).
  • Keluaran sistem (ouput). Keluaran sistem (ouput) adalah hasul dari energi yag diolah dan diklasidikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.

1.2. Informasi



1.2.1. Definisi Informasi
  • Menurut Hutahean (2014) dalam bukunya yang berjudul Konsep Sistem Informasi, definisi informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya. Sumber informasi adalah data. data kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah kejadian yang terjadi pada saat tertentu.
  • Menurut Gordon B. Davis (dalam Hutahaean, 2014) informasi adalah data yang telah diolah menjadi satu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
  • Menurut Robert G. Murdick (dalam Gaol, 2008) mengemukakan bahwa informasi terdiri atas data yang telah didapatkan, diolah/diproses, atau sebaliknya yang digunakan untuk tujuan penjelasan/penerangan, uraian, atau sebagai sebuah dasar untuk pembuatan ramalan atau pembuatan keputusan (decision making).

1.2.2. Karakteristik Informasi
Kualitas informasi mempengaruhi kualitas keputusan yang akan diambil. Informasi yang baik dan siap digunakan sangat diperlukan dalam setiap pembuatan keputusan. Adapun karakteristik informasi yang baik menurut Ida Nuraida (2008) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Administrasi Perkantoran:
  • Relevan. Suatu informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut berkaitan dengan keperluan pembuatan keputusan atau dapat diartikan, informasi yang diterima harus sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
  • Akurat. Informasi yang diterima harus benar, merefleksikan realita/objektif, tepat, tidak bias, dan sebaiknya ada derajat kebenaran sebagai hasil analisis statistik.
  • Tepat Waktu. Informasi yang tersedia pada saat dibutuhkan.
  • Lengkap dan memadai. Informasi yang diterima harus lengkap dan memadai dalam kuantitas dan kualitas sesuai dengan kebutuhan.
  • Up to date. Lingkungan eksternal selalu berubah-ubah dan berbeda-beda setiap saat. Perubahan dapat mendatagkan threats dan opportunities. Perubahan tersebut tidak dapat dikendalikan melainkan harus diantisipasi secara proaktif. Dengan demikian, informasi yang diperoleh harus informasi terbaru yang mencakup dan mengakomodir perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat memudahkan dalam mengambil keputusan.
  • Dapat diandalkan. Informasi harus handal, dapat dipercaya, atau dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
  • Dapat dimengerti. Informasi harus dapat dibaca dan dipahami dengan baik agar informasi tersebut berguna bagi para pembuat keputusan, meskipun pengguna informasi dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami informasi tersebut.
  • Dapat dibandingkan. Informasi harus dapat dibandingkan dengan suatu keadaan saat ini, keadaan dimasa lalu, keadaan masa yang akan datang, kemampuan potensial.

1.3. Psikologi



1.3.1. Pengantar Psikologi
Di lihat dari segi ilmu bahasa (dalam Walgito, 2010) kata psikologi berasal dari kata psyche yang artinya jiwa dan perkataan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Dengan kata lain psikologi dapat diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan yang membahas tentang jiwa.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan dengan pendekatan ilmiah dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara terencana, sistematis dan terkontrol berdasarkan data empiris. Menurut Morgan (dalam Basuki, 2008) salah satu ciri psikologi sebagai ilmu pengetahuan adalah bahwa psikologi itu beradasar pada data-data empiris yang diperoleh secara sistematis.

1.3.2. Definisi Psikologi
  • Menurut Wundt (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness).
  • Menurut Plotnik (dalam Basuki, 2008) psikologi merupakan studi sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan proses mental (psychology is the systematic, scientific study of behaviors and mental processes).
  • Menurut The American Heritage Dictionary (dalam Djohan, 2009) psikologi didefinisikan sebagai karakteritik dan prilaku individu, kelompok, atau aktivitas. Pengertian psikologi kemudian menjadi lebih luas dari hanya kajian perilaku manusia.

1.3.3. Tujuan Psikologi
Plotnik (dalam Basuki, 2008) mendeskripsikan empat tujuan dari psikologi, antara lain:
  • Mendeskripsikan beraneka macam cara perilaku organisme (describe the different ways that organisms behave).
  • Menjelaskan sebab-sebab dari perilaku (explain the causes of behavior).
  • Memprediksikan bagaimana organisme akan berperilaku dalam suatu situasi tertentu (predict how organism will behave in certain situations).
  • Mengontrol perilaku makhluk hidup (control an organism's behavior).

2. Sistem Informasi Psikologi (Kesimpulan)

Dari ketiga variabel serta indikator-indikator diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Psikologi (SIP) merupakan sekumpulan elemen-elemen dari komponen-komponen atau data-data yang diolah dan diproses menjadi data yang lebih berguna dan lebih berarti kemudian membentuk satu kesatuan informasi dalam mempelajari ilmu tentang jiwa manusia, baik tentang karakteristik, perilaku, aktivitas bahkan kesadaran manusia itu sendiri.



Daftar Pustaka
Amsyah, Z. (2005). Manajemen sistem informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hutahaean, J. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Gaol, C. J. L. (2008). Sistem informasi Manajemen, pemahaman dan aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Nuraida, I. (2008). Manajemen administrasi perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.
Walgito, B. (2010). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Basuki, A. M. H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Djohan. (2009). Psikologi musik. Yogyakarta: Best Publisher.

Senin, 11 Mei 2015

Terapi Keluarga

By FATH INDONESIA | At 5/11/2015 01:02:00 AM | Label : , | 1 Comments
Yahallo sahabat psycholozy ^_^
Semoga senantiasa selalu di lindungi oleh Sang Maha Pelindung, Allah SWT - Tuhan semesta alam dan isinya.

Baik pada postingan kali ini, psycholozy akan mencoba mengulas kembali apa aja sih tugas yang di berikan BuMar -a.k.a Bu Maria- selaku dosen softskill pada mata kuliah Psikoterapi.
Pilihan materi:
  1. Rational Emotive Therapy
  2. Terapi Perilaku
  3. Terapi Kelompok
  4. Terapi Keluarga
  5. Terapi Bermain
  6. Perfektif Integratif
Dan berhubung tim psycholozy mendapatkan materi "Terapi Keluarga", maka jelas sudah bahwa isi postingan kali ini mengenai "Terapi Keluarga".
Indikator:
  • Pengertian
  • Unsur-unsur
  • Teknik

Terapi Keluarga (Family Therapy)


A. Pengertian

Suatu metode terapi dimana anggota keluarga memperoleh pemahaman terhadap permasalahannya, mengembangkan komunikasi, dan meningkatkan fungsi dari setiap individu dalam keluarga. Terapi keluarga menghadirkan suatu bentuk intervensi yang mana anggota keluarga dibantu untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptif, menjadi lebih sehat. Fokus dari terapi ini, bukan individual, namun pada keluarga secara keseluruhan.
Terapi keluarga mempunyai 2 prinsip:
  1. Konsep keluarga sebagai sistem perilaku dengan sifat yang unik dengan keseluruhan karakteristik individu dari semua anggota.
  2. Diasumsikan bahwa hubungan dekat tercipta karena cara keluarga  berfungsi sebagai kelompok dan adaptasi emosional dari anggotanya.
Adapun tujuan dari terapi keluarga, yaitu untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dan perilaku, mengembangkan komunikasi secara terbuka, meningkatkan fungsi keluarga secara optimal, dan memfasilitasi perubahan positif dalam keluarga.


B. Unsur-unsur

Terapi keluarga didasarkan pada General System Theory -GST- (Karl Ludwig von Bertalanffy, 1969) yang terdiri dari 3 prinsip:
1. Kausalitas Sirkular
Merupakan peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain, perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya.
2. Ekologi
Mengatakan bahwa sistem hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam sistem keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
3. Subjektivitas
Tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.


C. Teknik / Tahap-tahap

1. Initial Interview
Terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data.
Selama tahap ini terapis memfasilitasi proses penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga.
Proses ini meliputi :
  • Engagement stage : Pertemuan keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan
  • Assessment stage : Identifikasi masalah yang menjadi perhatian keluarga
  • Exploration stage : Terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama
  • Goal-setting stage : Terapis mensistesis semua informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah
  • Termination stage : Akhir fase initial review, menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.

2. Fase Kerja
Tujuan dari fase ini adalah untuk membantu keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga. Kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil.
Biasanya setiap sesi dilakukan 1 x seminggu dengan waktu lebih kurang  1 jam.

12 kekuatan yang dimiliki oleh keluarga, yaitu:
  1. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, dan spiritual dari setiap anggota keluarga
  2. Kemampuan untuk menjadi sensitif terhadap kebutuhan anggota keluarga
  3. Kemampuan untuk mengkomunikasikan perasaan, emosi, keyakinan, dan nilai-nilai yang efektif
  4. Kemampuan untuk memberikan dukungan, keamanan, dan dorongan untuk meningkatkan kreatifitas serta kemandirian
  5. Kemampuan untuk memulai dan mempertahankan pertumbuhan hubungan yang produktif dengan dan tanpa sistem keluarga
  6. Kapasitas untuk mempertahankan dan menciptakan komunitas hubungan yang konstruktif dan penuh tanggung jawab dengan tetangga, sekolah, kota dan pemerintahan lokal atau pusat.
  7. Kemampuan untuk tumbuh dengan dan melalui anak
  8. Kemampuan untuk membantu diri sendiri dan kemampuan untuk menerima bantuan yang sesuai
  9. Kemampuan untuk menampilkan peran keluarga yang fleksibel
  10. Kemampuan untuk memperlihatkan rasa hormat yang menguntungkan untuk individual dan kemandirian bagi setiap anggota keluarga
  11. Kemampuan untuk menggunakan sebuah krisis sebagai makna untuk berubah
  12. Kemampuan untuk memiliki perhatian pada unit keluarga dan setia, serta untuk kerjasama antar anggota keluarga.
3. Fase Terminasi
Kadang terminasi dapat terjadi sebelum waktunya. Hal ini biasanya terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam fungsi keluarga yang sudah ada.
Pada keadaan ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegoisasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga.
Jika keluarga sudah mencapai tujuan dan masalah sudah terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan.



Sumber:
Anderson, E.T. (2000). Community as partner: theory and practice in nursing. (3rd ed). Philadelphia: Lippincott
Bertalanffy, L. von, (1969). General System Theory. New York: George Braziller
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition). St.Louis : Mosby
Tomey, A. M. (1998). Nursing theories and their work. (4th ed). St.Louis: Mosby

Kamis, 30 April 2015

Analisis Transaksional (Berne)

By FATH INDONESIA | At 4/30/2015 07:47:00 PM | Label : | 0 Comments
Analisis Transaksional (Berne)

1. Konsep Dasar Pandangan Berne Tentang Perilaku/Kepribadian
     Analisis transaksional merupakan suatu pendekatan psikoteraputik yang dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis (Cooper & Turner, 1996). Analisis transaksional menurut Eric Berne (1910-1970) merupakan suatu pengaruh di antara manusia yang menekankan interaksi keduanya  dan kesadaran internal.
     Tujuan Berne ialah untuk mensintesiskan gagasan-gagasannya dengan menggunakan istilah yang dapat dipahami, sehingga klien dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengorganisasikan arah penanganannya sendiri. Pembuatan kontrak yang di sepakati menyatukan klien dengan terapis dalam suatu usaha bersama. Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan dalam menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam interaksi kehidupan nyata.


2. Unsur-unsur Terapi
     Analisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Meskipun percaya bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk memilih, Berne merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan perlunya menjadi otonom. Manusia dilahirkan bebas tetapi satu hal paling pertama yang dipelajari adalah berbuat sebagaimana diperintahkan dan dia menghabiskan sisa hidupnya dengan berbuat seperti itu.
     Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsur-unsur kepribadian yang terstruktur dan itu  merupakan satu kesatuan yang disebut dengan “ego state”.
Unsur kepribadian itu terdiri dari:
  • Ego states (keadaan ego)
  • Transactions (transaksi)
  • Games and the drama triangle (permainan dan drama segitiga)
  • Scripts (naskah)
  • Stokes and scriptwork (gerakan dan lakon cerita)
  • Life positions (posisi kehidupan)
  • Script injuctions and redocision (perintah dan keputusan ulang naskah)

3. Teknik-teknik Terapi
     James dan Jongeward (1971) mengombinasikan konsep dan proses analisi transaksional dengan eksperimen Gestalt dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjanjikan pada self-awareness dan autonomy.
1)      Didactic Methods (Metode Didaktik).
2)      Empty Chair (Kursi Kosong).
3)      Role Playing (Bermain Peran)
4)      Family Playing (Penokohan Keluarga)
5)      Analysis of Rituals and PastimeAnalisi Ritual dan Waktu luang (Analisi Ritual dan Waktu luang)

Rabu, 29 April 2015

Logoterapi (Frankl)

By FATH INDONESIA | At 4/29/2015 09:27:00 PM | Label : | 0 Comments
Logoterapi (Frankl)


1. Konsep Dasar Pandangan Frankl Tentang Perilaku/Kepribadian

    Frankl mengembangkan Logoterapi, yaitu dengan corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan. Logoterapi beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna.
     Logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainnya erat berhubungan dan saling menunjang, yaitu kebebasan berkehendak, kehendak hidup bermakna, dan makna hidup.
  • Kebebasan berkehendak : manusia adalah makhluk istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan di sini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggung hawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap atas kondisi-kondisi tersebut.
  • Kehendak hidup bermakna : motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda dengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan, atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan.
  • Makna hidup : sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang.

2. Unsur-unsur Terapi

a. Munculnya Gangguan

b. Tujuan Terapi
  • Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
  • Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan
  • Memanfaatkan daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
c. Peran Terapis
  • Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
  • Mengendalikan filsafat pribadi
  • Terapis bukan guru atau pengkhotbah
  • Memberi makna lagi pada hidup
  • Memberi makna lagi pada penderita
  • Menekankan makna kerja
  • Menekankan makna cinta

3. Teknik-teknik Terapi

  • Teknik intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
  • Teknik de-refleksi, Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya.



Sumber:
Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi. Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Selasa, 28 April 2015

Person Centered Therapy (Rogers)

By FATH INDONESIA | At 4/28/2015 11:09:00 PM | Label : | 0 Comments
Person Centered Therapy (Rogers)

1. Konsep Dasar Pandangan Carl Rogers Tentang Perilaku/Kepribadian
     Dengan asumsi bahwa setiap orang memiliki motif aktualisasi diri. Motif ini didefinisikan sebagai kecenderungan yang melekat pada semua orang untuk mengembangkan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-cara yang berfungsi untuk mempertahankan atau meningkatkan suatu individu (Rogers, 1959).
    Rogers berpendapat bahwa seorang terapis tidak boleh membuat sugesti-sugesti atau penafiran-penafsiran dalam terapi karena dalam pandangan motif aktualisasi akan menuntun pasien dengan sangat baik.
Konsep-konsep lain yang penting dalam terapi person centered therapy:
  • Self concept (konsep diri).
  • Ideal self (diri ideal).
  • Incongruence (ketidak-selarasan).
  • Psychological mal-adjustment (ketidakmampuan menyesuaikan diri).
  • Keselarasan antara diri dan pengalaman.
  • Need for positive regard (kebutuhan akan penghargaan positif).
  • Need for self regard (kebutuhan akan harga diri).

2. Unsur-Unsur Terapi

a.  Peran Terapis
     Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap mereka, tidak pada teknik-teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap-sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik-teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.

b.  Tujuan Terapis
     Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaanya yang lebih dalam dan bagian-bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.


3. Teknik-teknik Terapi
     Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respons jika:
  • Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri.
  • Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiiki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri.
  • Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh di mana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya.
  • Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap (misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginannya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi terapis tetap mempertahankan jadwal semula.
  • Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasaan-perasaan pasien.
  • Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.



Sumber:
Murad, J. (2006). Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Senin, 27 April 2015

Terapi Humanistik Eksistensial

By FATH INDONESIA | At 4/27/2015 07:41:00 PM | Label : | 0 Comments
Terapi Humanistik Eksistensial
 

1. Konsep Dasar Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku/Kepribadian

    Terapi  humanistik-ekstensial memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa-masa sekarang dan bukan masa lampau. Pandangan humanistik-eksistensial adalah suatu pandangan yang agak baru untuk memahami tingkah laku abnormal dan dalam banyak hal dikembangkan sebagai reaksi melawan pandangan-pandangan lain.
     Para humanis dan eksistensialis mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk sadar yang memiliki secara bebas tindakan-tindakannya, dan karena pilihannya yang bebas itu maka setiap manusia berkembang sebagai seorang yang unik. Pendukung dari pandangan ini juga mengemukakan bahwa untuk memahami tingkah laku seseorang sangat penting melihat atau mengalami dunia dari segi pandangannya sendiri karena tingkah lakunya disebabkan oleh pilihan sadarnya dan pilihan itu dipengaruhi oleh persepsi pribadinya tentang situasi.


2. Unsur-unsur Terapi
 
a. Munculnya gangguan
    Ketika kondisi-kondisi inti manusia mulai berubah, serta munculnya kecemasan-kecemasan terus-menerus, tidak bisa mengaktulaisasikan potensi diri, dan tidak bisa menyadari potensi-potensi diri yang dimiliki.

b. Tujuan terapi
  • Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan diri dan pertumbuhan.
  • Mengapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi dalam membantuk klien
  • Membantu klien dalam menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
  • Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.

c. Peran Terapis
  • Terapis berusaha untuk menekankan dan mendahulukan pemahaman (insight) klien agar bisa masuk ke dalam alam bawah sadar klien.
  • Kemudian terapis mulai mulai memberikan stimulus berupa sugesti-sugesti kepada klien tentang potensi diri yang dimiliki. 

3. Teknik-teknik Terapi

a. Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
b. Klien dibantu dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia.
c. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima.
d. Klien diajak untuk berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka, kemudian klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang konkrit, klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.


Sumber:
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Sabtu, 25 April 2015

Terapi Psikoanalisa

By FATH INDONESIA | At 4/25/2015 08:16:00 PM | Label : | 0 Comments
Moshi~moshi mina ^_^

     Di penghujung bulan April ini, psycholozy akan membahas tentang Psikoterapi, kenapa harus Psikoterapi?? Ya kan, di semester 6 ini softskill psycholozy tentang Psikoterapi :3 haha.
Okay langsung saja ya..

     Apabila memungkinkan psycholozy akan mem-posting 8 judul, walau sebenarnya bu Maria (dosen Psikoterapi) mengatakan minimal 3 postingan dan maksimal 5 postingan, tapi psycholozy mencoba untuk “menjadi yang terbaik dari yang terbaik” –cieee- haha..


Simak plisss :D 

Terapi Psikoanalisa

1. Konsep Dasar Teori Psikoanalisa Tentang Kepribadian

     Menurut Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar. Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Alam bawah sadar (preconscious) memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bias muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar. Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam bawah sadar selagi focus perhatian beralih ke pemikiran lain.
     Kesadaran berupa sikap-sikap, perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke alam sadar, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Keprasadaran adalah kenangan-kenangan yang dapat diingat kembali, meskipun agak sulit; sedangkan kesadaran adalah tingkat pemikiran dan perbuatan yang nyata di mana bahanya mudah diingat kembali dan diterapkan bagi tuntutan-tuntutan lingkungan. Baik bahan sadar maupun bahan prasadar sesuai dengan – dan responsif – terhadap kenyataan.
     Ketidaksadaran adalah dorongan-dorongan, keinginan-keinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, atau insting-insting yang tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke dalam kesadaran, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dapat dibatasi oleh waktu dan tempat. Ketidaksadaran memotivasi sebagaian besar kata-kata, perasaan, dan tindakan manusia. Karena ketidaksadaran tidak mudah disadari.
     Tingkat pikiran prasadar berisi semua elemen yang tak sadar, tetapi dapat dengan mudah disadari. Isi keprasadaran berasal dari dua sumber, yakni persepsi sadar dan ketidaksadaran. Dalam persepsi sadar apa yang dipersepsikan seseorang adalah sadar hanya untuk sementara waktu, tetapi kemudian cepat memasuki keprasadaran bila pusat perhatian beralih ke pikiran lain. Dalam sumber kedua yakni ketidaksadaran, pikiran-pikiran dapat menerobos penyensur yang selalu waspada dan memasuki keprasadarna, sekalipun dalam bentuk tersamar.
     Alam sadar yang memainkan peran yang relatif kecil dalam teori psikoanalitik dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran pada saat tertentu. Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang berbeda.


2. Unsur-unsur Psikoterapi

a.   Munculnya masalah atau gangguan
     Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut. Kemudian,terapis memperkuat kondisi psikis dari diri klien sehingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa, klien akan lebih siap menghadapi dan mavari solusi dengan cepat.

b.   Tujuan terapi
     Tujuan terapi psikonalitik adalah membentuk jembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik di fokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa lampau di rekonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketidaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.

c.    Peran terapis
     Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analisi terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan irasional.


3. Teknik-teknik Terapi

a.   Asosiasi bebas
     Asaosiasi bebas  adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yg berkaitan dg situasi-situasi traumatik dimasa lalu.

b.     Penafsiran
     Penafsiran adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi bentuknya merupakan  tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien suatu makna.

c.     Analisis Mimpi
     Analisis mimpi adalah suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan-bahan yg tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan.

d.  Analisis dan Penafsiran Resistensi
     Analisis dan Penafsiran Resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.

e.    Analisis dan Penafsiran Transferensi
     Analisis dan Penafsiran Transferensi adalah teknik utama dalam Psikoanalisis karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.



Sumber:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Semarang: IKIP Semarang Press.
A.M. Heru Basuki (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Feist, Jess. Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian (Tehories of Personality) Buku 1. Jakarta: Salemba
Semiun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius

Minggu, 29 Maret 2015

Psikoterapi : Minggu 2

By FATH INDONESIA | At 3/29/2015 05:12:00 PM | Label : , | 0 Comments

Perbedaan Psikoterapi Dan Konseling

Serta Bentuk Utama Terapi



Yahallo sahabat psycholozy ^_^

Kali ini psycholozy masih membahas tentang Psikoterapi, yang mana pada 3/20/2015 02:56:00 PM Psycholozy membahas tentang “Pengertian, Tujuan dan Unsur Psikoterapi” dan kali ini Psycholozy akan membahas lebih detail lagi yaitu tentang “Perbedaan Antara Psikoterapi dan Konseling Serta Bentuk Utama Dari Terapi”.

"Aku bukanlah orang yang hebat, tapi aku mau belajar dari orang-orang yang hebat."
"Aku adalah orang biasa, tapi aku ingin menjadi orang yang luar biasa."
"Dan aku bukanlah orang yang istimewa, tapi aku ingin membuat seseorang menjadi istimewa."

1. Jelaskan perbedaan antara psikoterapi dan konseling?
2. Jelaskan bentuk-bentuk utama dari terapi?


Perbedaan antara psikoterapi dan konseling

Perbedaan antara keduanya sebenarnya tidak terlalu besar, demikian diucapkan oleh Patterson [1959], karena beberapa metode pada masing-masing seperti pencipta rapport, peranan klien dan arah hubungan atau pendekatan, kesemuanya dipakai oleh keduanya. Black [1952] juga mengemukakan bahwa beberapa metode yang universal dan esensial pada psikoterapi seperti rappor, menerima dan menghargai hakikan dan martabat pasien, kualitas hubungan dengan pembatasannya, yang semua bisa di pakai dalam konseling. Hal yang kiranya sama juga dikemukakan oleh Tyler [1961, 1969]. Membedakan metode keduanya karena itu sulit dilakukan saecara tajam, hal ini karena di dalam psikoterapi sendiri banyak sekali metode yang berlainan satu sama lain, demikian juga di dalam konseling itu sendiri, sehingga mempersulit membedakan keduanya.

Perbedaan mengenai metode ini kemudian diringkas oleh Stefflre & Grant [1972] sebagai berikut:
Konseling ditandai dengan jangka waktu uang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang real, lebih kognitif dan berkurang internsitas emisi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya.

Kutipan uraian dari Brammer & Shostrom [1977] dan Thompsn & Rudolph [1983] tentang perbedaan konseling dan psikoterapi adalah :

1. Konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti : “educational. Vocational, supportive, situational, psoblem solving, conscious, awerness, normal, present-tome, dan short-time”
2. Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “ supportive, roconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe wmotional problems and long term”

Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone [1977] dan Patterson [1973] yang dikutip oleh Thompson & Rudolph [1983], sebagai berikut :

Konseling untuk
* Klien
* Gangguan yang kurang serius
* Masalah : jabatan, pendidikan
* Berhubungan dengan pencegahan
* Lingkungan pendidikan dan non medis
* Berhubungan dengan kesadaran
* Metode pendidikan

Psikoterapi untuk
* Pasien
* Gangguan yang serius
* Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
* Berhubungan dengan penyembuhan
* Lingkungan medis
* Berhubungan dengan ketidak sadaran
* Metode penyembuhan


Bentuk-bentuk utama dari terapi

Atkinson (dalam Maulany, 1994) mengemukakan bentuk utama dari terapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, yaitu:

1. Teknik Terapi Psikoanalisa
Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.

2. Teknik Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.

3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku
Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.

4. Teknik Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain.

5. Teknik Terapi Eklektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi.

6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.


Sumber :
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan psikoterapi – cetakan 7. Jakarta: Gunung Mulia. [E-book]. Tersedia: https://books.google.co.id/books/about/Konseling_Dan_Psikoterapi.html?hl=id&id=-vjvjGDxJi4C. [29 maret 2015].
Maulany, R. F. (1997). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC.
◄ Posting Baru Posting Lama ►
Semua konten atau isi yang terdapat di postingan di psycholozy.blogspot.com, merupakan hak cipta masing-masing pemilik. Jika Anda pemilik hak cipta dari suatu konten atau isi dan tidak ingin ditampilkan dalam psycholozy.blogspot .com, Anda dapat mengirimkan email pemberitahuan dan saya akan segera menghapus konten atau isi yang bersangkutan. Klik Contact Me untuk tindak lebih lanjut.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Join Our Fan Page on Facebook!

Chat

Join Conversation

Copyright © 2012. psycholozy - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz