TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA
Tampilkan postingan dengan label Psychology. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psychology. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Mei 2015

Terapi Keluarga

By FATH INDONESIA | At 5/11/2015 01:02:00 AM | Label : , | 1 Comments
Yahallo sahabat psycholozy ^_^
Semoga senantiasa selalu di lindungi oleh Sang Maha Pelindung, Allah SWT - Tuhan semesta alam dan isinya.

Baik pada postingan kali ini, psycholozy akan mencoba mengulas kembali apa aja sih tugas yang di berikan BuMar -a.k.a Bu Maria- selaku dosen softskill pada mata kuliah Psikoterapi.
Pilihan materi:
  1. Rational Emotive Therapy
  2. Terapi Perilaku
  3. Terapi Kelompok
  4. Terapi Keluarga
  5. Terapi Bermain
  6. Perfektif Integratif
Dan berhubung tim psycholozy mendapatkan materi "Terapi Keluarga", maka jelas sudah bahwa isi postingan kali ini mengenai "Terapi Keluarga".
Indikator:
  • Pengertian
  • Unsur-unsur
  • Teknik

Terapi Keluarga (Family Therapy)


A. Pengertian

Suatu metode terapi dimana anggota keluarga memperoleh pemahaman terhadap permasalahannya, mengembangkan komunikasi, dan meningkatkan fungsi dari setiap individu dalam keluarga. Terapi keluarga menghadirkan suatu bentuk intervensi yang mana anggota keluarga dibantu untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptif, menjadi lebih sehat. Fokus dari terapi ini, bukan individual, namun pada keluarga secara keseluruhan.
Terapi keluarga mempunyai 2 prinsip:
  1. Konsep keluarga sebagai sistem perilaku dengan sifat yang unik dengan keseluruhan karakteristik individu dari semua anggota.
  2. Diasumsikan bahwa hubungan dekat tercipta karena cara keluarga  berfungsi sebagai kelompok dan adaptasi emosional dari anggotanya.
Adapun tujuan dari terapi keluarga, yaitu untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dan perilaku, mengembangkan komunikasi secara terbuka, meningkatkan fungsi keluarga secara optimal, dan memfasilitasi perubahan positif dalam keluarga.


B. Unsur-unsur

Terapi keluarga didasarkan pada General System Theory -GST- (Karl Ludwig von Bertalanffy, 1969) yang terdiri dari 3 prinsip:
1. Kausalitas Sirkular
Merupakan peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain, perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya.
2. Ekologi
Mengatakan bahwa sistem hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam sistem keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
3. Subjektivitas
Tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.


C. Teknik / Tahap-tahap

1. Initial Interview
Terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data.
Selama tahap ini terapis memfasilitasi proses penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga.
Proses ini meliputi :
  • Engagement stage : Pertemuan keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan
  • Assessment stage : Identifikasi masalah yang menjadi perhatian keluarga
  • Exploration stage : Terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama
  • Goal-setting stage : Terapis mensistesis semua informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah
  • Termination stage : Akhir fase initial review, menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.

2. Fase Kerja
Tujuan dari fase ini adalah untuk membantu keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga. Kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil.
Biasanya setiap sesi dilakukan 1 x seminggu dengan waktu lebih kurang  1 jam.

12 kekuatan yang dimiliki oleh keluarga, yaitu:
  1. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, dan spiritual dari setiap anggota keluarga
  2. Kemampuan untuk menjadi sensitif terhadap kebutuhan anggota keluarga
  3. Kemampuan untuk mengkomunikasikan perasaan, emosi, keyakinan, dan nilai-nilai yang efektif
  4. Kemampuan untuk memberikan dukungan, keamanan, dan dorongan untuk meningkatkan kreatifitas serta kemandirian
  5. Kemampuan untuk memulai dan mempertahankan pertumbuhan hubungan yang produktif dengan dan tanpa sistem keluarga
  6. Kapasitas untuk mempertahankan dan menciptakan komunitas hubungan yang konstruktif dan penuh tanggung jawab dengan tetangga, sekolah, kota dan pemerintahan lokal atau pusat.
  7. Kemampuan untuk tumbuh dengan dan melalui anak
  8. Kemampuan untuk membantu diri sendiri dan kemampuan untuk menerima bantuan yang sesuai
  9. Kemampuan untuk menampilkan peran keluarga yang fleksibel
  10. Kemampuan untuk memperlihatkan rasa hormat yang menguntungkan untuk individual dan kemandirian bagi setiap anggota keluarga
  11. Kemampuan untuk menggunakan sebuah krisis sebagai makna untuk berubah
  12. Kemampuan untuk memiliki perhatian pada unit keluarga dan setia, serta untuk kerjasama antar anggota keluarga.
3. Fase Terminasi
Kadang terminasi dapat terjadi sebelum waktunya. Hal ini biasanya terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam fungsi keluarga yang sudah ada.
Pada keadaan ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegoisasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga.
Jika keluarga sudah mencapai tujuan dan masalah sudah terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan.



Sumber:
Anderson, E.T. (2000). Community as partner: theory and practice in nursing. (3rd ed). Philadelphia: Lippincott
Bertalanffy, L. von, (1969). General System Theory. New York: George Braziller
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition). St.Louis : Mosby
Tomey, A. M. (1998). Nursing theories and their work. (4th ed). St.Louis: Mosby

Minggu, 29 Maret 2015

Psikoterapi : Minggu 2

By FATH INDONESIA | At 3/29/2015 05:12:00 PM | Label : , | 0 Comments

Perbedaan Psikoterapi Dan Konseling

Serta Bentuk Utama Terapi



Yahallo sahabat psycholozy ^_^

Kali ini psycholozy masih membahas tentang Psikoterapi, yang mana pada 3/20/2015 02:56:00 PM Psycholozy membahas tentang “Pengertian, Tujuan dan Unsur Psikoterapi” dan kali ini Psycholozy akan membahas lebih detail lagi yaitu tentang “Perbedaan Antara Psikoterapi dan Konseling Serta Bentuk Utama Dari Terapi”.

"Aku bukanlah orang yang hebat, tapi aku mau belajar dari orang-orang yang hebat."
"Aku adalah orang biasa, tapi aku ingin menjadi orang yang luar biasa."
"Dan aku bukanlah orang yang istimewa, tapi aku ingin membuat seseorang menjadi istimewa."

1. Jelaskan perbedaan antara psikoterapi dan konseling?
2. Jelaskan bentuk-bentuk utama dari terapi?


Perbedaan antara psikoterapi dan konseling

Perbedaan antara keduanya sebenarnya tidak terlalu besar, demikian diucapkan oleh Patterson [1959], karena beberapa metode pada masing-masing seperti pencipta rapport, peranan klien dan arah hubungan atau pendekatan, kesemuanya dipakai oleh keduanya. Black [1952] juga mengemukakan bahwa beberapa metode yang universal dan esensial pada psikoterapi seperti rappor, menerima dan menghargai hakikan dan martabat pasien, kualitas hubungan dengan pembatasannya, yang semua bisa di pakai dalam konseling. Hal yang kiranya sama juga dikemukakan oleh Tyler [1961, 1969]. Membedakan metode keduanya karena itu sulit dilakukan saecara tajam, hal ini karena di dalam psikoterapi sendiri banyak sekali metode yang berlainan satu sama lain, demikian juga di dalam konseling itu sendiri, sehingga mempersulit membedakan keduanya.

Perbedaan mengenai metode ini kemudian diringkas oleh Stefflre & Grant [1972] sebagai berikut:
Konseling ditandai dengan jangka waktu uang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang real, lebih kognitif dan berkurang internsitas emisi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya.

Kutipan uraian dari Brammer & Shostrom [1977] dan Thompsn & Rudolph [1983] tentang perbedaan konseling dan psikoterapi adalah :

1. Konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti : “educational. Vocational, supportive, situational, psoblem solving, conscious, awerness, normal, present-tome, dan short-time”
2. Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “ supportive, roconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe wmotional problems and long term”

Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone [1977] dan Patterson [1973] yang dikutip oleh Thompson & Rudolph [1983], sebagai berikut :

Konseling untuk
* Klien
* Gangguan yang kurang serius
* Masalah : jabatan, pendidikan
* Berhubungan dengan pencegahan
* Lingkungan pendidikan dan non medis
* Berhubungan dengan kesadaran
* Metode pendidikan

Psikoterapi untuk
* Pasien
* Gangguan yang serius
* Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
* Berhubungan dengan penyembuhan
* Lingkungan medis
* Berhubungan dengan ketidak sadaran
* Metode penyembuhan


Bentuk-bentuk utama dari terapi

Atkinson (dalam Maulany, 1994) mengemukakan bentuk utama dari terapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, yaitu:

1. Teknik Terapi Psikoanalisa
Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.

2. Teknik Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.

3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku
Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.

4. Teknik Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain.

5. Teknik Terapi Eklektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi.

6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.


Sumber :
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan psikoterapi – cetakan 7. Jakarta: Gunung Mulia. [E-book]. Tersedia: https://books.google.co.id/books/about/Konseling_Dan_Psikoterapi.html?hl=id&id=-vjvjGDxJi4C. [29 maret 2015].
Maulany, R. F. (1997). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC.

Jumat, 20 Maret 2015

Psikoterapi : Minggu 1

By FATH INDONESIA | At 3/20/2015 02:56:00 PM | Label : , | 0 Comments

Pengertian, Tujuan Dan Unsur Psikoterapi


Yow.. yow.. yow.. yow!!!

Salam sejahtera untuk sahabat psycholozy.blogspot.com ^o^

Setelah sekian lama hiatus, kini psycholozy.blogspot.com membuat postingan kembali berhubungan dengan TA baru, di semester baru, di mata kuliah yang baru dan juga dengan dosen yang baru psycholozy.blogspot.com jumpai.

Okay.. untuk tugas softskill pada minggu pertama ini dalam mata kuliah Psikoterapi, psycholozy.blogspot.com mendapat tugas untuk :

  1. Menjelaskan tentang pengertian Psikoterapi.
  2. Menjelaskan tentang tujuan serta unsur² dalam Psikoterapi.

Check It Out :”3


Pengertian Psikoterapi

Istilah psikoterapi mempunyai pengertian cukup luas, karena istilah psikoterapi digunakan dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), kerja sosial, pendidikan dan ilmu agama. Psikoterapi (psychotherapy), secara etimologis berasal dari kata ”psyche” yang berarti ”mind” atau “jiwa” dan ”therapy” yang berarti ”merawat atau mengasuh”, sehingga psikoterapi dapat diartikan sebagai perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.

Psikoterapi secara terminologi

Menurut Atkinson mengatakan bahwa psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran atau lebih tepatnya pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.

Sedangkan menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat Carl Gustav Jung tersebut, maka psikoterapi selain berfungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan) dari jiwa yang sehat. Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha untuk berkonsultasi kepada psikiater atau terapis tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit, akan tetapi lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal tersebut dapat membangun kepribadian yang sempurna.


Tujuan Psikoterapi

Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Psikodinamik, menurut Ivey (1987) adalah:
Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Psikoanalisis, menurut Corey (1991):
Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey (1987):
Untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik, dijelaskan oleh Ivey (1987):
Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus dilakukan oleh klien. Corey (1991) menjelaskan mengenai hal-hal sebagai terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang maladaptive dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.

Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey (1987):
Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt sebagai berikut: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya.


Sedangkan tujuan psikoterapi menurut Buku Saku Psikiatri pada halaman 521: 
  • Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
  • Rehabilitas (memperbaiki gangguan perilaku berat)
  • Pemiliharaan (pencegahan keadaan memburuk jangka panjang)
  • Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus pada pasien)

**”mungkin” masih ada lagi “mungkin ya”, berhubung psycholozy.blogspot.com menggunakan e-book dan pada halaman 522-523 terdapat keterangan “pages 522 to 523 are not shown in this preview” jadi hanya sampai sebatas ini informasi yang dapat psycholozy.blogspot.com tentang tujuan psikoterapi dari Buku Saku Psikiatri, mungkin dari sahabat psycholozy.blogspot.com ada yang mau menambahkan, silahkan kirim e-mail atau klik disini agar nantinya admin dapat menyunting postingan ini, demi memperkaya pengetahuan sahabat psycholozy.blogspot.com bersama ^o^**


Unsur Psikoterapi

Masserman (Karasu, 1984) telah melaporkan tujuh "parameter pengaruh" dasar yang mencakup unsu-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk peran sosial (martabat) psikoterapis : hubungan (persekutuan terapeutik), hak, retrospeksi, re-edukasi, rehabilitasi, resosialisasi dan rekapitulasi.

Unsur-unsur psikoterapik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal waktu, tehnik dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.

Unsur Psikoterapi yang lain, yang didapat dari “http://psi442.weblog.esaunggul.ac.id/ dengan postingan berjudul "BAHAN PRESENTASI SEMESTER GANJIL - Psikoterapi Pertemuan 2” dengan author KUSMAYANTI pada page 8 :

  • Dual individu saling terikat dalam interaksi yang bersifat rahasia, dimana klien akan dibukakan jalan untuk menjadi tahu.
  • Interaksi umumnya terbatas pada pertukaran verbal.
  • Interaksi berlangsung dalam jangka waktu lama.
  • Hubungan bertujuan untuk mengubah perilaku tertentu pada klien, yang telah disetujui oleh kedua pihak.




Sumber:

Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan psikoterapi – cetakan 7. Jakarta: Gunung Mulia. [E-book]. Tersedia: https://books.google.co.id/books/about/Konseling_Dan_Psikoterapi.html?hl=id&id=-vjvjGDxJi4C. [20 maret 2015].

Tomb, David A. (1997). Buku saku psikiatri - cetakan 1. Jakarta: EGC. [E-book]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=mfsgp_zkmWwC&dq=unsur+psikoterapi&source=gbs_navlinks_s. [20 maret 2015].

Kusmayanti. (2014). Bahan presentasi semester ganjil - psikoterapi pertemuan 2. [Ppt]. Tersedia: http://psi442.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/697/2014/10/Psikoterapi-Pertemuan-2.ppt. [20 maret 2015].


Semua konten atau isi yang terdapat di postingan di psycholozy.blogspot.com, merupakan hak cipta masing-masing pemilik. Jika Anda pemilik hak cipta dari suatu konten atau isi dan tidak ingin ditampilkan dalam psycholozy.blogspot.com, Anda dapat mengirimkan email pemberitahuan dan saya akan segera menghapus konten atau isi yang bersangkutan. Klik Contact Me untuk tindak lebih lanjut.

[Sumber maupun referensi dapat dilihat pada footer di setiap postingan]

Selasa, 13 Januari 2015

Tugas Pertemuan 4 : Psikologi Manajemen

By FATH INDONESIA | At 1/13/2015 02:15:00 AM | Label : , | 0 Comments


KOMUNIKASI, PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DALAM MANAJEMEN

Komunikasi Manajemen

A. Definisi Komunikasi
Komunikasi manajemen menurut Michael Kaye (1994) yaitu bagaimana individu atau manusia mengelola proses komunikasi melalui penyusunan kerangka makna dalam hubungannya dengan orang lain dalam berbagai lingkup komunikasi dengan mengoptimalkan sumberdaya komunikasi dan teknologi yang ada
Kemudian menurut Parag Diwan (1999) manajemen komunikasi adalah proses penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Antar Venus Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks komunikasi yang dimaksud disini berarti tataran komunikasi individual, interpersonal, organisasional, governmental, sosial, atau bahkan internasional.

B. Proses Komunikasi

 
  1. Proses pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator.
  2. Proses kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan.
  3. Proses ketiga, pesan yang telah di encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambing-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.
  4. Proses keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
  5. Proses kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator.

C. Hambatan Komunikasi
Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
  • Mendengar "Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
  • Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
  • Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
  • Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
  • Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
  • Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.  Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
  • Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
  • Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.:

D. Definisi Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (1991) komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung.
Menurut Burgon dan Huffner (2002) komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. Cara tertulis diambil sejauh diperlukan, misalnya dalam bentuk memo, surat, atau catatan.

Pelatihan dan Pengembangan

A. Definisi Pelatihan
Menurut George F. Kneller (1984), menjelaskan bahwa pelatihan mengandung beberapa arti. Pertama, pelatihan adalah suatu proses penyampaian dan pemilikan keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai. Kedua, pelatihan adalah produk (hasil) dari proses tersebut, yaitu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan. Ketiga, pelatihan adalah kegiatan profesional yang memerlukan pengalaman khusus dan pengakuan (sertifikasi). Keempat, pelatihan adalah suatu disiplin akademik, yaitu kegiatan terorganisasi untuk mempelajari proses, produk dan profesi pelatihan dengan menggunakan kajian sejarah, filsafat dan ilmu pengetahuan tentang manusia atau kajian keilmuan tentang manusia yang bermasyarakat (the sciences of social man).

B. Tujuan dan Sasaran Pelatihan dan Pengembangan
Menurut sikula ( 1976) Tujuan dari pelatihan secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Meningkatkan Produktivitas
Pelatihan selain diberikan kepada tenaga kerja baru, diberikan juga kepada tenaga kerja yang sudah lama bekerja di perusahaan. pelatihan dapat mennigkatkan taraf prestasi tenaga kerja pada jabatannya sekarang. presasi kerja yang meningkat mengakibatkan peningkatan dari produktivitas. Jadi prestasi kerja mennigkat, keluaran meningakat, produktivita mennigkat.

2. Meningkatkan Mutu
Pelatihan yang tepat tidak saja meningkatkan kuantitas dari keluaran tetapi juga meningkatkan kualitas dari keluaran. tenaga ekrja yang berpengetahuan dan berketrampilan baik hanya akan berbuat sedikit kesalahan, dan cermat daalm pelaksanaan pekerjaan.

3. Meningkatkan Ketepatan dalam Perencanaan SDM
Pelatihan yang tepat dapat membantu perusahaan untuk memenuhi keperluannya akan tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu di masa yang akan datang. Jika suatu saat diperlukan, maka lowongan yang ada dapat secara mudah diisi oleh tenaga dari dalam perusahaan sendiri

4. Meningkatkan Semangat kerja
iklim dan suasana organisasi pada umumnya menjadi lebih baik jika perusahaan mempunyai program pelatihan yang tepat. Suatu rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan yang direncanakan dengan baik.

5. Menarik dan Menahan Tenaga Kerja yang Baik
Para tenaga kerja, terutama para menejernya memandang kemungkinan untuk mengikuti pelatihan sebagai bagian dari imbalan jasa dari perusahaan terhadap mereka. mereka berharap perusahaan membayar program pelatihan yang mengakibatkan mereka bertambah pengetahuan dan keterampilan dalam keahlian mereka masing masing. karena itu banyak perusahaan yng menawarkan program pelatihan yang khusus untuk menarik tenaga kerja yang berpotensi baik.

6. Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan di perusahaan dan dapat menimbulkan lingkungan kerja yang lebih aman dan sikap netral yang lebih stabil.

7. Menghindari Keusangan ( Obsolescence)
Usaha pelatihan dan pengembangan dilakukan secara terus menerus supaya para tenaga kerja dapat mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang kerja merek masing-masing. Ini berlaku baik untuk tenaga kerja  ( nonmanajerial) maupun untuk tenaga kerja manajerial.

8. Menunjang pertumbuhan peribadi ( personal growth)
Pelatihan dan pengembangan tidak hanya menguntungkan perusahaan, tapi juga menguntungkan tenaga kerja sendiri

C. Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan
Perbedaan pelatihan dan pengembangan pada umumnya terbagi ke dalam kedua konsep tersebut. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, sedangkan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.

D. Faktor Psikologi dalam Pelatihan dan Pengembangan
Menurut Dale Yoder (dalam As’ad, 1998:67-70) agar pelatihan dan pengembangan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut :

1. Individual Differences, tiap-tiap individu mempunyai ciri khas, yang berbeda satu sama lain, baik mengenai sifatnya, tingkah lakunya, bentuk badannya maupun dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan suatu pelatihan harus diingat adanya perbedaan individu ini. Perbedaan dapat nampak pada waktu para karyawan mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, dengan diperolehnya hasil yang berbeda

2. Relation to job analysis, tugas utama dari analisa jabatan untuk memberikan pengertian akan tugas yang harus dilaksanakan didalam suatu pekerjaan, serta untuk mengetahui alat-alat apa yang harus dipergunakan dalam menjalankan tugas itu. Untuk memberikan pelatihan pada para karyawan terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang dibutuhkannya. Dengan demikian program dari pelatihan dapat di arahkan atau ditujuakan untuk mencapai keahlian itu. Suatu pelatihan yang tidak disesuaikan dengan bakat, minat dan lapangan kerja karyawan, berakibat merugikan berbagai pihak, yaitu karyawan, perusahaan dan masyarakat.

3. Motivation, motivasi dalam pelatihan ini sangat perlu sebab pada dasarnya motif yang mendorong karyawan untuk menjalankan pelatihan tidak berbeda dengan motif yang mendorongnya untuk melakukan tugas pekerjaannya.

4. Active Participation, di dalam pelaksanaan pendidikan pelatihan para trainess harus turut aktif mengambil bagian di dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai pelajaran yang diberikan, sehingga akan menimbulkan kepuasan pada para trainess apabila saran-sarannya diperhatikan dan dipergunakan sebagai bahan-bahan pertimbangan untuk memecahkan kesulitan yang mungkin timbul

5. Selection of trainee, pelatihan sebaiknya diberikan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dapat mengikuti latihan itu dengan berhasil. Dengan demikian apabila latihan diberikan kepada mereka yang tidak mempunyai minat, bakat dan pengalaman, kemungkinan berhasil sedikit sekali. Oleh karena itulah sangat perlu diadakan seleksi. 6. Selection of trainers Berhasil atau tidaknya seseorang melakukan tugas sebagai pengajar, tergantung kepada ada tidaknya persamaan kualifikasi orang tersebut dengan kualifikasi yang tercantum dalam analisa jabatan mengajar.

E. Teknik dan Metode Pelatihan
Menurut Cherrington (1995), dikatakan bahwa metode dalam pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on the job training dan off the job training. On the job training lebih banyak digunakan dibandingkan dengan off the job training. Hal ini disebabkan karena metode on the job training lebih berfokus pada peningkatan produktivitas secara cepat. Sedangkan metode off the job training lebih cenderung berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
On The Job Training dibagi menjadi 6 macam yaitu:

1. Job instruclion training
Pelatihan ini memerlukan analisa kinerja pekerjaan secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan, dan menunjukan langkah-langkah pelaksanan pekerjaan.

2. Apprenticeship
Pelatihan ini mengarah pada proses penerimaan karyawan baru, yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu. Keefektifan pelatihan ini tergantung pada kemampuan praktisi yang ahli dalam mengawasi proses pelatihan.

3. Internship dan assistantships
Pelatihan ini hampir sama dengan pelatihan apprenliceship hanya saja pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan formal yang lebih tinggi. Contoh internship training adalah cooperalive education project, maksudnya
adalah pelatihan bagi pelajar yang menerima pendidikan formal di sekolah yang bekerja di suatu perusahan dan diperlakukan sama seperti karyawan dalam perusahaan tetapi tetap dibawah pengawasan praktisi yang ahli.

4. Job rotation dan transfer
Adalah proses belajar yang biasanya untuk mengisi kekosongan dalam manajemen dan teknikal. Dalam pelatihan ini terdapat 2 kerugian yahu: peserta pelatihan hanya merasa dipekerjakan sementara dan tidak mempunyai komitmen untuk terlibat dalam pekerjaan dengan sungguh-sungguh, yang kedua, banyak waktu yang terbuang untuk memberi orientasi pada perserta terhadap kondisi pekerjaan yang baru. Tetapi pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu: jika pelatihan ini diberikan oleh manajer yang ahli maka peserta akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai peiaksanaan dan praktek dalam pekerjaan.

5. Junior boards dan committee assingments
Alternatif pelatihan dengan memindahkan perserta pelatihan kedalam komite untuk bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan administrasi. Dan juga menempatkan perserta dalam anggota eksekutif agar memperoleh kesempatan dalam bennteraksi dengan eksekutif yang lain.

6. Couching dan counseling
Pelatihan ini merupakan aktifitas yang menharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara berlahan bagaimana melakukan pekerjaan secara tepat.

Sumber :
Indarto, M. J. 2012. Manajemen komunikasi pemerintah dalam kebijakan transparansi informasi. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01041-MC%20Bab2001.pdf [7 Januari 2015]
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/438/jbptunikompp-gdl-arikrisnan-21896-2-babiia-e.doc [7 Januari 2015]

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/komunikasi-interpersonal.html [7 Januari 2015]
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/197611152001122-RICHE_CYNTHIA_JOHAN/Desain_Program_Pendidikan_dan_Pelatihan/Konsep_Pendidikan_dan_pelatihan.pdf [7 Januari 2015]
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/11/jbptunikompp-gdl-s1-2004-budimannim-512-pustaka1.doc [7 Januari 2015]
adman.staf.upi.edu/files/2009/08/KONSEP-PELATIHAN.doc [7 Januari 2015]
https://www.academia.edu/5135882/Makalah_6 [7 Januari 2015]

Posting Lama ►
Semua konten atau isi yang terdapat di postingan di psycholozy.blogspot.com, merupakan hak cipta masing-masing pemilik. Jika Anda pemilik hak cipta dari suatu konten atau isi dan tidak ingin ditampilkan dalam psycholozy.blogspot .com, Anda dapat mengirimkan email pemberitahuan dan saya akan segera menghapus konten atau isi yang bersangkutan. Klik Contact Me untuk tindak lebih lanjut.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Join Our Fan Page on Facebook!

Chat

Join Conversation

Copyright © 2012. psycholozy - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz