TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA | TAUFIQ AKBAR - 17512311 - 4PA06 - JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS GUNADARMA

Kamis, 30 April 2015

Analisis Transaksional (Berne)

By FATH INDONESIA | At 4/30/2015 07:47:00 PM | Label : | 0 Comments
Analisis Transaksional (Berne)

1. Konsep Dasar Pandangan Berne Tentang Perilaku/Kepribadian
     Analisis transaksional merupakan suatu pendekatan psikoteraputik yang dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis (Cooper & Turner, 1996). Analisis transaksional menurut Eric Berne (1910-1970) merupakan suatu pengaruh di antara manusia yang menekankan interaksi keduanya  dan kesadaran internal.
     Tujuan Berne ialah untuk mensintesiskan gagasan-gagasannya dengan menggunakan istilah yang dapat dipahami, sehingga klien dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengorganisasikan arah penanganannya sendiri. Pembuatan kontrak yang di sepakati menyatukan klien dengan terapis dalam suatu usaha bersama. Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan dalam menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam interaksi kehidupan nyata.


2. Unsur-unsur Terapi
     Analisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Meskipun percaya bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk memilih, Berne merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan perlunya menjadi otonom. Manusia dilahirkan bebas tetapi satu hal paling pertama yang dipelajari adalah berbuat sebagaimana diperintahkan dan dia menghabiskan sisa hidupnya dengan berbuat seperti itu.
     Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsur-unsur kepribadian yang terstruktur dan itu  merupakan satu kesatuan yang disebut dengan “ego state”.
Unsur kepribadian itu terdiri dari:
  • Ego states (keadaan ego)
  • Transactions (transaksi)
  • Games and the drama triangle (permainan dan drama segitiga)
  • Scripts (naskah)
  • Stokes and scriptwork (gerakan dan lakon cerita)
  • Life positions (posisi kehidupan)
  • Script injuctions and redocision (perintah dan keputusan ulang naskah)

3. Teknik-teknik Terapi
     James dan Jongeward (1971) mengombinasikan konsep dan proses analisi transaksional dengan eksperimen Gestalt dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjanjikan pada self-awareness dan autonomy.
1)      Didactic Methods (Metode Didaktik).
2)      Empty Chair (Kursi Kosong).
3)      Role Playing (Bermain Peran)
4)      Family Playing (Penokohan Keluarga)
5)      Analysis of Rituals and PastimeAnalisi Ritual dan Waktu luang (Analisi Ritual dan Waktu luang)

Rabu, 29 April 2015

Logoterapi (Frankl)

By FATH INDONESIA | At 4/29/2015 09:27:00 PM | Label : | 0 Comments
Logoterapi (Frankl)


1. Konsep Dasar Pandangan Frankl Tentang Perilaku/Kepribadian

    Frankl mengembangkan Logoterapi, yaitu dengan corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan. Logoterapi beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna.
     Logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainnya erat berhubungan dan saling menunjang, yaitu kebebasan berkehendak, kehendak hidup bermakna, dan makna hidup.
  • Kebebasan berkehendak : manusia adalah makhluk istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan di sini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggung hawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap atas kondisi-kondisi tersebut.
  • Kehendak hidup bermakna : motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda dengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan, atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan.
  • Makna hidup : sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang.

2. Unsur-unsur Terapi

a. Munculnya Gangguan

b. Tujuan Terapi
  • Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
  • Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan
  • Memanfaatkan daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
c. Peran Terapis
  • Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
  • Mengendalikan filsafat pribadi
  • Terapis bukan guru atau pengkhotbah
  • Memberi makna lagi pada hidup
  • Memberi makna lagi pada penderita
  • Menekankan makna kerja
  • Menekankan makna cinta

3. Teknik-teknik Terapi

  • Teknik intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
  • Teknik de-refleksi, Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya.



Sumber:
Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi. Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Selasa, 28 April 2015

Person Centered Therapy (Rogers)

By FATH INDONESIA | At 4/28/2015 11:09:00 PM | Label : | 0 Comments
Person Centered Therapy (Rogers)

1. Konsep Dasar Pandangan Carl Rogers Tentang Perilaku/Kepribadian
     Dengan asumsi bahwa setiap orang memiliki motif aktualisasi diri. Motif ini didefinisikan sebagai kecenderungan yang melekat pada semua orang untuk mengembangkan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-cara yang berfungsi untuk mempertahankan atau meningkatkan suatu individu (Rogers, 1959).
    Rogers berpendapat bahwa seorang terapis tidak boleh membuat sugesti-sugesti atau penafiran-penafsiran dalam terapi karena dalam pandangan motif aktualisasi akan menuntun pasien dengan sangat baik.
Konsep-konsep lain yang penting dalam terapi person centered therapy:
  • Self concept (konsep diri).
  • Ideal self (diri ideal).
  • Incongruence (ketidak-selarasan).
  • Psychological mal-adjustment (ketidakmampuan menyesuaikan diri).
  • Keselarasan antara diri dan pengalaman.
  • Need for positive regard (kebutuhan akan penghargaan positif).
  • Need for self regard (kebutuhan akan harga diri).

2. Unsur-Unsur Terapi

a.  Peran Terapis
     Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap mereka, tidak pada teknik-teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap-sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik-teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.

b.  Tujuan Terapis
     Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaanya yang lebih dalam dan bagian-bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.


3. Teknik-teknik Terapi
     Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respons jika:
  • Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri.
  • Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiiki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri.
  • Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh di mana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya.
  • Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap (misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginannya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi terapis tetap mempertahankan jadwal semula.
  • Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasaan-perasaan pasien.
  • Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.



Sumber:
Murad, J. (2006). Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Senin, 27 April 2015

Terapi Humanistik Eksistensial

By FATH INDONESIA | At 4/27/2015 07:41:00 PM | Label : | 0 Comments
Terapi Humanistik Eksistensial
 

1. Konsep Dasar Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku/Kepribadian

    Terapi  humanistik-ekstensial memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa-masa sekarang dan bukan masa lampau. Pandangan humanistik-eksistensial adalah suatu pandangan yang agak baru untuk memahami tingkah laku abnormal dan dalam banyak hal dikembangkan sebagai reaksi melawan pandangan-pandangan lain.
     Para humanis dan eksistensialis mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk sadar yang memiliki secara bebas tindakan-tindakannya, dan karena pilihannya yang bebas itu maka setiap manusia berkembang sebagai seorang yang unik. Pendukung dari pandangan ini juga mengemukakan bahwa untuk memahami tingkah laku seseorang sangat penting melihat atau mengalami dunia dari segi pandangannya sendiri karena tingkah lakunya disebabkan oleh pilihan sadarnya dan pilihan itu dipengaruhi oleh persepsi pribadinya tentang situasi.


2. Unsur-unsur Terapi
 
a. Munculnya gangguan
    Ketika kondisi-kondisi inti manusia mulai berubah, serta munculnya kecemasan-kecemasan terus-menerus, tidak bisa mengaktulaisasikan potensi diri, dan tidak bisa menyadari potensi-potensi diri yang dimiliki.

b. Tujuan terapi
  • Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan diri dan pertumbuhan.
  • Mengapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi dalam membantuk klien
  • Membantu klien dalam menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
  • Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.

c. Peran Terapis
  • Terapis berusaha untuk menekankan dan mendahulukan pemahaman (insight) klien agar bisa masuk ke dalam alam bawah sadar klien.
  • Kemudian terapis mulai mulai memberikan stimulus berupa sugesti-sugesti kepada klien tentang potensi diri yang dimiliki. 

3. Teknik-teknik Terapi

a. Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
b. Klien dibantu dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia.
c. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima.
d. Klien diajak untuk berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka, kemudian klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang konkrit, klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.


Sumber:
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Sabtu, 25 April 2015

Terapi Psikoanalisa

By FATH INDONESIA | At 4/25/2015 08:16:00 PM | Label : | 0 Comments
Moshi~moshi mina ^_^

     Di penghujung bulan April ini, psycholozy akan membahas tentang Psikoterapi, kenapa harus Psikoterapi?? Ya kan, di semester 6 ini softskill psycholozy tentang Psikoterapi :3 haha.
Okay langsung saja ya..

     Apabila memungkinkan psycholozy akan mem-posting 8 judul, walau sebenarnya bu Maria (dosen Psikoterapi) mengatakan minimal 3 postingan dan maksimal 5 postingan, tapi psycholozy mencoba untuk “menjadi yang terbaik dari yang terbaik” –cieee- haha..


Simak plisss :D 

Terapi Psikoanalisa

1. Konsep Dasar Teori Psikoanalisa Tentang Kepribadian

     Menurut Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar. Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Alam bawah sadar (preconscious) memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bias muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar. Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam bawah sadar selagi focus perhatian beralih ke pemikiran lain.
     Kesadaran berupa sikap-sikap, perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke alam sadar, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Keprasadaran adalah kenangan-kenangan yang dapat diingat kembali, meskipun agak sulit; sedangkan kesadaran adalah tingkat pemikiran dan perbuatan yang nyata di mana bahanya mudah diingat kembali dan diterapkan bagi tuntutan-tuntutan lingkungan. Baik bahan sadar maupun bahan prasadar sesuai dengan – dan responsif – terhadap kenyataan.
     Ketidaksadaran adalah dorongan-dorongan, keinginan-keinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, atau insting-insting yang tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke dalam kesadaran, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dapat dibatasi oleh waktu dan tempat. Ketidaksadaran memotivasi sebagaian besar kata-kata, perasaan, dan tindakan manusia. Karena ketidaksadaran tidak mudah disadari.
     Tingkat pikiran prasadar berisi semua elemen yang tak sadar, tetapi dapat dengan mudah disadari. Isi keprasadaran berasal dari dua sumber, yakni persepsi sadar dan ketidaksadaran. Dalam persepsi sadar apa yang dipersepsikan seseorang adalah sadar hanya untuk sementara waktu, tetapi kemudian cepat memasuki keprasadaran bila pusat perhatian beralih ke pikiran lain. Dalam sumber kedua yakni ketidaksadaran, pikiran-pikiran dapat menerobos penyensur yang selalu waspada dan memasuki keprasadarna, sekalipun dalam bentuk tersamar.
     Alam sadar yang memainkan peran yang relatif kecil dalam teori psikoanalitik dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran pada saat tertentu. Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang berbeda.


2. Unsur-unsur Psikoterapi

a.   Munculnya masalah atau gangguan
     Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut. Kemudian,terapis memperkuat kondisi psikis dari diri klien sehingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa, klien akan lebih siap menghadapi dan mavari solusi dengan cepat.

b.   Tujuan terapi
     Tujuan terapi psikonalitik adalah membentuk jembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik di fokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa lampau di rekonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketidaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.

c.    Peran terapis
     Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analisi terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan irasional.


3. Teknik-teknik Terapi

a.   Asosiasi bebas
     Asaosiasi bebas  adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yg berkaitan dg situasi-situasi traumatik dimasa lalu.

b.     Penafsiran
     Penafsiran adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi bentuknya merupakan  tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien suatu makna.

c.     Analisis Mimpi
     Analisis mimpi adalah suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan-bahan yg tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan.

d.  Analisis dan Penafsiran Resistensi
     Analisis dan Penafsiran Resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.

e.    Analisis dan Penafsiran Transferensi
     Analisis dan Penafsiran Transferensi adalah teknik utama dalam Psikoanalisis karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.



Sumber:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Semarang: IKIP Semarang Press.
A.M. Heru Basuki (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Feist, Jess. Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian (Tehories of Personality) Buku 1. Jakarta: Salemba
Semiun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius

◄ Posting Baru Posting Lama ►
Semua konten atau isi yang terdapat di postingan di psycholozy.blogspot.com, merupakan hak cipta masing-masing pemilik. Jika Anda pemilik hak cipta dari suatu konten atau isi dan tidak ingin ditampilkan dalam psycholozy.blogspot .com, Anda dapat mengirimkan email pemberitahuan dan saya akan segera menghapus konten atau isi yang bersangkutan. Klik Contact Me untuk tindak lebih lanjut.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Join Our Fan Page on Facebook!

Chat

Join Conversation

Copyright © 2012. psycholozy - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz